Rabu, 06 Oktober 2010

Cinta dan Waktu

Alkisah di suatu pulau, tinggallah berbagai benda-benda abstrak, dimana terdapat Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan, dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.
Akan tetapi, suatu ketika datanglah bencana badai yang menghempas pualu itu dan air laut tiba-tiiba naik menenggelamkan pulau tersebut. Semua penghuni mencoba menyelamatkan dirinya. Cinta terlihat kebingungan karena ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air semakin meninggi membasahi kaki Cinta.

Tak lama kemudian Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. “Wahai Kekayaan, Kekayaan, tolonglah aku!” teriak Cinta. “Aduh, maaf Cinta, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tidak dapat membawamu ikut serta, nanti perahu ini bisa karam”, jawab Kekayaan.
Kemudian Kekayaan mengayuh perahunya cepat-cepat pergi. Cinta sangat sedih sekali melihatnya. Lalu ia melihat Kegembiraan lewat dengan perahunya dan Cinta pun meminta pertolongan padanya. Akan tetapi Kegembiraan selalu gembira hingga tidak dapat mendengarkan teriakan Cinta.
Air pun makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik. Tak lama kemudian lewatlah Kecantikan. “Kecantikan, bawalah aku bersamamu!”, teriak Cinta. “Aduh Cinta, maaf, kamu basah dan kotor. Aku tidak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang sangat indah dan aku banggakan ini.” Sahut Kecantikan.
Cinta pun sangat sedih melihatnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Pada saat itulah sedang lewat Kesedihan. “Oh, syukur dirimu lewat Kesedihan, bawalah aku dalam perahumu,” kata Cinta. “Maaf, Cinta. Aku sedang bersedih dan aku ingin sendirian saja.” Kata Kesedihan dengan pilu. Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pasa saat genting itulah tiba-tiba tredengar suara, “Wahai Cinta! Ayo naik ke perahuku!” Cinta menoleh dan mencari arah suara itu dan ia hanya melihat perahu dan orang tua di dalamnya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu tersebut, tepat sebelum air menenggelamkannya.
Akhirnya, sampailah di pulau terdekat dan orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itulah Cinta tersadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa gerangan orang tua baik hati tadi. Tidak lama, Cinta menayakkan hal tersebut kepada seorang penduduk di pulau itu, “Oh, orang tua itu adalah Sang Waktu.” Kata orang itu. “tetapi, mengapa ia menolongku?” ungkap Cinta heran. “Sebab,” kata orabg itu, “hanya Waktu lah yang tahu seberapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu…..”

1 komentar: